Wednesday 29 May 2013

Perang Diponegoro (1825 – 1830)

Pusat perlawanan Pangeran Diponegoro berawal di Selarong. Untuk menghindari sergapan Belanda, Pangeran Diponegoro memindahkan markasnya ke tempat lain, yakni ke Pleret, Dekso, dan Pengasih. Dari markas ke markas itu, Pangeran Diponegoro menggunakan taktik perang gerilya. Dengan taktik itu secara serentak pasukannya menyerang kedudukan Belanda di berbagai kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Selain menggunakan taktik perang gerilya, Pangeran Diponegoro juga menggunakan cara sebagai berikut:
a.    Membentuk pasukan dengan nama Turkiyo, Bulkiyo, dan Arkiyo
b.    Menjadikan Selarong sebagai pusat perlawanan
c.    Mendirikan markas gerilya di Kalisoko, Selarong, Dekso, Plered, Semarang, Madiun, dan Kertasana.

Pada tahun 1826, Pangeran Diponegoro memperoleh banyak kemenangan karena mendapat dukungan rakyat. Dalam perang ini, Pangeran Diponegoro dibantu oleh tokoh-tokoh seperti Kyai Mojo, Sentot Ali Basah Prawirodirejo, Pangeran Mangkubumi, Surya Alam, Kerta Pengalasan, Kerto Dirjo, Suriaatmojo, Pangeran Serang, dan Kyai Kasan Beshari.

Usaha-usaha Belanda untuk mengalahkan Pangeran Diponegoro antara lain:
a.    Menggunakan sistem Benteng Stelsel, yaitu mendirikan benteng pertahanan pada setiap daerah yang dikuasai Belanda. Tujuan pelaksanaan benteng stelsel adalah untuk mempersempit daerah gerakan Pangeran Diponegoro dan untuk memutuskan akses antar daerah
b.    Membentuk pasukan anti perang gerilya
c.    Memberi janji yang menarik kepada Surakarta dan Mangkunegaran agar tidak mendukung Pangeran Diponegoro
d.    Memberi hadiah yang tinggi kepada orang yang dapat menangkap Pangeran Diponegoro
e.    Mengangkat kembali Sultan Sepuh supaya dapat mempengaruhi rakyat
f.    Menggunakan siasat berunding.

Akhir perlawanan
Pada tahun 1828, Kyai Mojo menyerah sehingga pasukan Pangeran Diponegoro melemah. Disusul kemudian oleh pasukan bantuan yang lainnya. Pada tanggal 28 Maret 1830 diadakan perundingan di Magelang. Perundingan ini gagal dan dengan tak terduga Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Jenderal De Kock. Setelah ditangkap, Pangeran Diponegoro diasingkan ke Manado adn selanjutnya dipindahkan ke Makasar hingga wafat pada tanggal 8 Januari 1855.

Perang Diponegoro membawa akibat:
a.    Kas keuangan Belanda kosong
b.    Wilayah Yogyakarta dan sekitarnya dikuasai Belanda.

No comments:

Post a Comment