Wednesday, 29 May 2013

Perang Banjar





Perang Banjar 1859-1863 merupakan perlawanan rakyat terhadap Belanda di Kalimantan Selatan. Perang ini meletus pada 28 April 1859, dan dipimpin oleh Pangeran Antasari untuk merebut benteng Pengaron milik Belanda yang dipertahankan mati-matian. Pertempuran di benteng pengaron ini disambut dengan pertempuran-pertempuran di pelbagai medan yang tersebar di Kalimantan Selatan, yang dipimpin oleh Kiai Demang Lehman, Haji Buyasin, Tumenggung antaluddin di benteng Gunung Madang Kandangan, Pangeran Amrullah dan lain-lain.
Seperti halnya di daerah lain di Indonesia sebab-sebab perang adalah:

Faktor ekonomi. Belanda memonopoli perdagangan lada, rotan, damar, serta hasil emas dan intan. Monopoli tersebut sangat merugikan rakyat maupun pedagang di daerah tersebut sejak abad-17. Pada abad-19 Belanda bercita menguasai Kalimantan Selatan untuk melaksanakan Pax Netherlandica.
Faktor politik. Belanda ikut campur urusan kerajaan yang menimbulkan ketidaksenangan. Pada saat menentukan pengganti Sultan Adam maka yang diangkat adalah Pangeran Tamjidillah yang disenangi Belanda. Sedangkan Pangeran Hidayatullah yang lebih berhak atas takhta hanya dijadikan Mangkubumi kerana tidak menyukai Belanda.
Campur tangan Belanda di keraton makin besar dan kedudukan Pangeran Hidayatullah makin terdesak maka ia melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama Pangeran Antasari, sepupunya. Siapakah para pengikut perjuangan tersebut? Tidak kurang dari 3000 orang bersedia membantu termasuk tokoh-tokoh agama seperti Kyai Demang Leman, Haji Langlang, Haji Nasrum dan Haji Buyasih. Pasukan Antasari berusaha menyerang pos-pos Belanda di Martapura dan Pangaron. Sebaliknya pada pertempuran tanggal 27 September 1859 Belanda dapat menduduki benteng pasukan Pangeran Antasari di Gunung Lawak.
Tindakan Belanda berikutnya adalah menurunkan Sultan Tamjidillah dari takhta. Sementara itu Pangeran Hidayatullah menolak untuk menghentikan perlawanan lalu meninggalkan kraton, maka pada tahun 1860 kerajaan Banjar dihapuskan dan daerah tersebut menjadi daerah kekuasaan Belanda.

No comments:

Post a Comment